Thursday 12 October 2017

Makalah Metode Berpikir Kritis

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dulu hanya sebagian orang yang berpikir secara kritis untuk memecahkan masalah atau pun mengambil keputusan. Tapi sekarang kita dituntut untuk berpikir secara kritis, terutama sebagai seorang perawat.
Perawat dituntut berpikir kritis karena untuk mengambil keputusan dan tindakan dalam menangani pasien. Dengan berpikir kritis, perawat bisa mengambil keputusan dengan cepat sehingga bisa melakukan tindakan dengan cepat dan tepat. Keputusan ini akan mempunyai dampak bagi pasien, karena itulah perawat harus berpikir kritis.
Namun, pada kenyataannya masih ada perawat yang belum mampu berpikir secara kritis. Akibatnya masih ada tindakan yang tertunda.

B.     Rumusan Masalah
1.         Apa definisi dari berpikir kritis?
2.         Apa saja metode berpikir kritis?
3.         Apa contoh kasus yang menerapkan tentang berpikir kritis?

C.     Tujuan
1.         Mengetahui tentang definisi berpikir kritis.
2.         Mengetahui metode berpikir kritis.
3.         Mengetahui contoh kasus yang menerapkan berpikir kritis.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Berpikir Kritis
Definisi berpikir kritis sangat bervariasi, beberapa ahli mempunyai definisi sendiri-sendiri tentang berpikir kritis. Seperti menurut Potter dan Perry (2005), berpikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk mengintervensikan atau mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilain atau keputusan berdasarkan kemampuan, menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman. Menurut Paul (2005) berpikir kritis adalah suatu seni berpikir yang berdampak pada intelektualitas seseorang, sehingga bagi orang yang mempunyai kemampuan berpikir kritis yang baik, akan mempunyai kemampuan intelektualitas yang lebih dibandingkan dengan orang yang mempunyai kemampuan berpikir yang rendah. Menurut Brunner dan Suddarth (1997), berpikir kritis adalah proses kognitif atau mental yang mencakup penilaian dan analisa rasional terhadap semua informasi dan ide yang ada serta merumuskan kesimpulan dan keputusan.
Definisi para ahli tentang berpikir kritis sangat beragam, namun secara umum berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir kognitif dengan menggabungkan kemampuan intelektual dan kemampuan berpikir untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dalam kehidupan, sehingga bentuk ketrampilan berpikir yang dibutuhkan pun akan berbeda untuk masing–masing disiplin ilmu.
Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keadaan dan keterlibatan kita dalam peristiwa atau pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat kesimpulan yang valid, semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berpikir dan belajar.

Berpikir kritis digunakan perawat untuk beberapa alasan :
1.    Mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
2.    Penerapan profesionalisme
3.    Pengetahuan tekhnis dan keterampilan tekhnis dalam memberi asuhan keperawatan.
4.    Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat dalam menuju keberhasilan dalam berbagai aktifitas
Berpikir berpikir kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep berpikir yang berhubungan dengan proses belajar dan krisis itu sendiri sebagai sudut pandang selain itu juga membahas tentang komponen berpikir kritis  dalam keperawatan yang didalamnya dipelajari karakteristik, sikap dan standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan keputusan dan kreatifitas dalam berpikir kritis.
Freely mengidentifikasi bahwa berpikir kritis diperlukan guna untuk mengembangkan kemampuan analisa, kritis, dan ide advokasi. Freely mengidentifikasi bahwa berpikir kritis menggunakan kemampuan deduktif dan induktif, kemampuan mengambil keputusan yang tepat didasarkan pada fakta dan keputusan yang dihasilkan melalui berpikir kritis.
Beberapa tahun yang lalu keperawatan memutuskan bahwa berpikir kritis dalam keperawatan penting untuk disosialisasikan. Tahun 1997 & 1998 penelitian menegaskan secara lengkap tentang berpikir kritis dalam keperawatan.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen dasar dalam mempertanggungjawabkan profesi dan kualitas perawatan. Pemikir kritis dalam keperawatan menunjukan kebiasaan mereka dalam berpikir, kepercayaan diri, kreativitas, fleksibiltas, pemeriksaan penyebab atau anamnesa, integritas intelektual, intuisi, pola pikir terbuka, pemeliharaan dan refleksi. Pemikir kritis keperawatan mempraktekkan keterampilan kognitif meliputi analisa, menerapkan standar, prioritas, penggalian data, rasional tindakan, prediksi, dan sesuai dengan ilmu pengetahuan
Untuk lebih mengoptimalkan dalam proses berpikir kritis setidaknya paham atau tahu dari komponen berpikir kritis itu sendiri, dan komponen berpikir kritis meliputi pengetahuan dasar, pengalaman, kompetensi, sikap dalam berpikir kritis, standar/ krakteristik berpikir kritis.
Keterampilan kongnitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi memerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan dan dukungan.

B.     Metode Berpikir Kritis
Freely mengidentifikasi metode berpikir kritis menjadi 7, yaitu :
1.        Debat
Metode yang digunakan untuk mencari, membantu, dan merupakan keputusan yang beralasan bagi seseorang atau kelompok dimana dalam proses terjadi perdebatan atau argumentasi.
2.        Individual decision
Individu dapat berdebat dengan dirinya sendiri dalam proses mengambil keputusan.
3.        Group discussion
Sekelompok orang memperbincangkan suatu masalah dan masing-masing mengemukakan pendapatnya.
4.        Persuasi
Komunikasi yang berhubungan dengan mempengaruhi perbuatan, keyakinan, sikap, dan nilai-nilai orang lain melalui berbagai alasan, argument, atau bujukan. Debat dan iklan adalah dua bentuk persuasi.
5.        Propaganda
Komunikasi dengan menggunakan berbagai media yang sengaja dipersiapkan untuk mempengaruhi massa pendengar.
6.        Coercion
Mengancam atau menggunakan kekuatan dalam berkomunikasi untuk memaksakan suatu kehendak.
7.        Kombinasi beberapa metode

C.     Contoh Kasus yang Menerapkan Berpikir Kritis
“Akan mengambil tindakan namun terhalang otoritas”
A adalah seorang perawat disuatu rumah sakit, sedang B adalah pasien. Pasien B tiba-tiba mengalami demam tinggi. Pasien B meminta obat penurun panas pada perawat A. Sebenarnya, perawat A ingin membantu tetapi ia tidak bisa melakukan itu tanpa perintah atau resep dokter, sedangkan dokter tidak berada di tempat.

Pembahasan Contoh Kasus Berpikir Kritis
1.    Rumusan masalah
Apakah perawat A harus memberikan obat penurun panas untuk menolong pasien B atau tidak?
2.    Argumen
Hipertemi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami peningkatan suhu tubuh diatas 37,8 derajat celcius peroral atau 38,8 derajat celcius perrektal karena factor eksternal. (Carpenito, 1995)
Perawat harus melakukan tindakan dasar atau melakukan pertolongan pertama pada pasien agar kondisi pasien tidak menjadi lebih parah. Jika tidak segera ditolong bisa menyebabkan kondisi yang lebih parah dan bisa berakibat fatal. Kemudian setelah itu perawat sesegera mungkin menghubungi dokter agar mendapatkan perintah untuk melakukan proses penanganan pasien selanjutnya.
3.    Deduksi
Pada pasien yang menderita hipertermi, sebaiknya perawat melakukan tindakan pertolongan dasar yaitu, pemeriksaan fisik dan TTV pasien (suhu, tekanan  darah, pernapasan, dan denyut nadi), pasien dianjurkan banyak minum air, memberikan kompres hangat, memantau status hidrasi pasien, dan setelah melakukan pertolongan dasar kepada pasien perawat segera menghubungi dokter.
4.         Induksi
Pertolongan dasar seperti pemeriksaan fisik dan TTV pasien (suhu, tekanan  darah, pernapasan, dan denyut nadi), pasien dianjurkan banyak minum air, memberikan kompres hangat, memantau status hidrasi pasien, harus dilakukan oleh perawat jika menghadapi pasien dengan kasus hipertermi dan segera menghubungi dokter jika dokter tidak berada ditempat.
5.         Evaluasi
1)        Melakukan pertolongan dasar tanpa menghubungi dokter
Positif :
(a)    Kondisi pasien akan lebih cepat membaik dan hipertermi yang diderita pasien tidak akan mnejadi lebih parah.
(b)   Tidak akan membahayakan jiwa pasien.
Negatif :
Pasien tidak tertangani dengan sempurna karena penanganan yang dilakukan masih sangat dasar (setengah-setengah.
2)        Melakukan pertolongan dasar kemudian menghubungi dokter
Positif :
(a)    Dokter dapat langsung memberikan perintah untuk menginjeksi atau memberikan obat kepada pasien.
(b)   Waktu dan tenaga yang dibutuhkan lebih efisien, karena penanganan yang dilakukan tidak harus menunggu kedatangan dokter melainkan melalui perintah dokter lewat telepon.
(c)    Pasien dapat langsung diinjeksi atau diberi obat atau ditolong atau ditangani tanpa harus menunggu kedatangan dokter.
(d)   Mempercepat pemulihkan kondisi pasien.


Negatif :
(a)      Jika kasus tersebut terjadi pada daerah terpencil yang alat komunikasi masih minim atau sulit, maka penanganan pasien dapat tertunda.
(b)     Harus mengeluarkan biaya untuk menghubungi dokter.
3)        Menghubungi dokter terlebih dahulu untuk menerima perintah penanganan pasien
Positif :
Dokter dapat member perintah untuk menagani pasien meski melalui telepon.
Negatif :
(a)    Waktu dan tindakan kurang efesien karena pasien belum mendapatkan pertolongan dasar dari perawat.
(b)   Harus mengeluarkan biaya
4)        Menunggu kedatangan dokter
Positif :
(a)    Penanganan pasien dapat lebih intensif dan akurat.
(b)   Ketika dokter datang bisa langsung meresepkan atau memberikan obat atau injeksi untuk pasien.
Negatif :
(a)    Jika dokter berada pada jarak yang jauh dan tidak bisa segera datang, maka kondisi pasien bisa menjadi semakin parah.
(b)   Bisa membahayakan jiwa pasien dan berakibat fatal jika tidak segera mendapatkan penanganan.
5)        Melakukan pemberian obat secara langsung tanpa menunggu kedatangan dokter
Positif :
(a)    Pasien tertangani dengan baik.
(b)   Suplai obat-obatan bisa menurunkan hipertermi pada pasien.
Negatif :
(a)    Perawat dapat disalahkan atau ditegur karena melakukan tindakan tanpa perintah dokter.
(b)   Perawat tidak menghargai wewenang dokter.
(c)    Perawat melanggar undang-undang.
6.    Keputusan
Perawat harus memberikan pertolongan dasar seperti pemeriksaan fisik dan TTV pasien (suhu, tekanan  darah, pernapasan, dan denyut nadi), menganjurkan pasien banyak minum air, memberikan kompres hangat, memantau status hidrasi pasien. Kemudian setelah itu perawat segera menghubungi dokter yang bersangkutan agar perawat segera menerima perintah untuk memberikan obat-obatan atau tindakan lain.


BAB III
PENUTUP

A.       Kesimpulan
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya.
Sebagai perawat atau tenaga medis lain, kita dituntut untuk berpikir kritis guna untuk bisa menangani pasien agar lebih efektif dan efisien. Meskipun dituntut untuk berpikir kritis perawat dalam melakukan tindakan harus tetap sesuai dengan tugas dan peran perawat dan tidak boleh menyalahi peraturan ataupun wewenang dari tenaga meedis lainnya.
Perawat tidak mempunyai wewenang untuk meresepkan obat atau memberikan injeksi obat-obatan tanpa perintah dokter. Dan jika perawat melanggar, ia bisa dituntut pidana. Oleh karena itu, perawat harus menyesuaikan tugas dan perannya dengan tenaga medis lain, missal dokter.
B.       Saran
Sebagai perawat atau mahasiswa keperawatan kita harus mampu berpikir kritis terutama ketika menangani pasien dan tentunya harus tetap sesuai dengan peran dan tugas perawat itu sendiri.


DAFTAR PUSTAKA

dianmutiarach.wordpress.com/2012/12/12/makalah-berpikir-kritis/
www.perawat-pasien.com/2016/04/makalah-berpikir-kritis_15.html
www.academia.edu/6749060/BERFIKIR_KRITIS_DALAM_KEPERAWATAN_BAB_I_PENDAHULUAN
muhamadilafifqozwini.wordpress.com/2013/01/16/konsep-berfikir-kritis-dalam-keperawatan/
www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-berfikir-kritis-menurut-para-ahli/
www.diwarta.com/2012/06/24/pengertian-hipertermi-dan-diagnosanya.html

No comments:

Post a Comment