Thursday 12 October 2017

Faktor Yang Mempengaruhi Infeksi

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kesehatan yang baik tergantung pada lingkungan yang aman. Praktisi atau teknisi yang memantau untuk mencegah penularan infeksi membantu melindungi klien dan pekerja keperawatan kesehatan dari penyakit. Klien dalam lingkungan keperawatan beresiko terkena infeksi karena daya tahan yang menurun terhadap mikroorganisme infeksius, meningkatnya pajanan terhadap jumlah dan jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan prosedur invasif dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatory,klien dapat terpajan pada mikroorganisme baru atau berbeda,yang beberapa dari mikroorganisme tersebut daaapat saja resisten terhadap banyak antibiotik.Dengan cara mempraktikan teknik pencegahan dan penembalian infeksi perawat dapat menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap klien.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud infeksi ?
2.      Apa saja macam-macam infeksi ?
3.      Apa saja faktor yang mempengaruhi infeksi ?
4.      Bagaimana proses terjadinya infeksi?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa itu infeksi.
2.      Untuk mengetahui macam-macam infeksi
3.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi.
4.      Untuk mengetahui proses terjadinya infeksi.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Infeksi
1.      Infeksi
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit. Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal dan menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan. Penyakit akan timbul jika patogen berkembang biak dan menyebabkan perubahan pada jaringan normal. (Potter & perry Fundamental Keperawatan.edisi 4.hal : 933 – 942:2005). Infeksi merupakan infeksi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh, terutama yang menyebabkan cedera selular lokal akibat kompetisi metabolisme, toksin, replikasi intraselular, atau respon antigen-antibodi (Kamus Saku Kedokteran Dorland,edisi 25.hal :555:1998)
2.      Rantai Infeksi
Perkembangan infeksi terjadi dalam siklus yang bergantung pada elemen – elemen berikut :
a.         Agen infeksius atau pertumbuhan patogen
1)    Virus
Virus adalah organisme yang amat halus. Karena amat halusnya itu tidak dapat kita lihat dengan mikroskop biasa. Untuk itu diperlukan suatu mikroskop elektron, yakni mikroskop yang dapat membesarkan sampai 1000000 kali. Jenis-jenis virus yang dapat menimbulkan penyakit banyak juga, antaranya yang dapat menimbulkan penyakit-penyakit cacar, gondongan, influensa, selesma, penyakit lumpuh anak-anak, penyakit anjing gila, trachooma, dan lain-lain. Flu Burung, dapat menular dari ayam ke manusia yang cocok dan lemah.

2)    Ricketsia
Rickettsia ialah benda-benda hidup yang juga amat halus, tetapi tidak sehalus virus. Besarnya boleh dibilang antara besar virus dan besar bakteri. Untuk dapat melihat ricketsia juga diperlukan mikrsokop elektron. Penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh ricketsia ialah: shoptyphus, scrubtyphus, exanthematicus dan lain-lain.
3)   Bakteri
Bakteri ialah organisme yang amat halus, tidak dapat dilihat dengan mata. Untuk dapat melihatnya diperlukan mikroskop. Dengan alat ini organisme-organisme itu dapat diperbesarkan sampai beratus- ratus kali. Tubuh bakteri terdiri dari bermacam-macam zat telur yang belum jelas susunannya, tidak berzat hijau daun, intinya tidak jelas. Cara berkembang biaknya ialah dengan membelah diri. Ada bakteri yang menimbulkan penyakit-penyakit, adapula yang tidak, bahkan ada pula yang menguntungkan manusia.
Bakteri-bakteri yang hidupnya dari benda-benda mati disebut saprophyta. Di antara bakteri-bakteri ada golongan kecil yang hidupnya selalu merugikan makhluk-makhluk yang ditumpanginya. Bakteri-bakteri itu disebut parasit-parasit. Makhluk-makhluk yang ditumpangi, disebut tuan rumah, dalam bahasa asing hospes. Bakteri-bakteri yang dapat menimbulkan penyakit disebut bakteri-bakteri patogen,
4)   Cendawan/jamur/fungi
Cendawan ialah benda-benda hidup yang termasuk dalam golongan tumbuhan-tumbuhan tidak berzat hijau daun, jadi hidupnya tergantung pada benda-benda hidup lainya atau tergantung dari makanan-makanan yang sudah tersedia. Ada cendawan-cendawan yang tubuhnya hanya terdiri dari 1 sel saja, (misalnya sel-sel ragi), adapula yang tediri dari banyak sel-sel yang berderet-deret dan bersimpang siur seperti benang, disebut micellium.
Ada cendawan-cendawan yang hidup di alam bebas, ada yang hidup pada tumbuhan-tumbuhan lainya, adapula yang hidup pada binatang-binatang dan manusia. Di antaranya ada yang menguntungkan, adapula yang merugikan (menimbulkan penyakit-penyakit). Jenis-jenis jamur yang menguntungkan manusia antara lain ialah Penicillium notatum. Dari jamur ini dibuat orang obat yang terkenal penicillin. Dari jamur yang disebut Streptomyces griseus disebut obat streptomycin. Obat-obat tersebut di atas terkenal sebagai antibiotica. Penyakit-penyakit, pada manusia yang disebabkan oleh bangsa cendawan antara lain ialah panu.
5)   Cacing
Golongan cacing, yakni bermacam-macam cacing perut seperti ascaris (cacing gelang), cacing kremi, cacing pita, cacing tambang dan sebagainya.
b.        Reservoir (Sumber Mikroorganisme)
Reservoir adalah tempat dimana mikroorganisme patogen dapat hidup baik berkembang biak atau tidak. Yang bisa berperan sebagai reservoir adalah manusia, binatang, makanan, air, serangga dan benda lain. Kebanyakan reservoir adalah tubuh manusia, misalnya di kulit, mukosa, cairan maupun drainase. Adanya microorganisme patogen dalam tubuh tidak selalu menyebabkan penyakit pada hostnya. Sehingga reservoir yang di dalamnya terdapat mikroorganisme patogen bisa menyebabkan orang lain menjadi sakit (carier).
Kuman akan hidup dan berkembang biak dalam reservoir jika karakteristik reservoirnya cocok dengan kuman. Karakteristik tersebut yaitu oksigen, air, suhu, pH, dan pencahayaan.
c.         Portal Of Exit (Jalan Keluar)
Mikroorganisme yang hidup di dalam reservoir harus menemukan jalan keluar(portal of exit untuk masuk ke dalam host dan menyebabkan infeksi. Sebelummenimbulkan infeksi, mikroorganisme harus keluar terlebih dahulu darireservoarnya. Jika reservoarnya manusia, kuman dapat keluar melalui saluranpernapasan, pencernaan, perkemihan, genitalia, kulit dan membrane mukosa yangrusak serta darah.
d.        Cara Penularan
Kuman dapat menular atau berpindah ke orang lain dengan berbagai cara sepertikontak langsung dengan penderita melalui oral, fekal, kulit atau darahnya;kontaktidak langsung melalui jarum atau balutan bekas luka penderita; peralatan yangterkontaminasi; makanan yang diolah tidak tepat; melalui vektor nyamuk atau lalat.
e.         Portal Masuk
Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam tubuh. Kulitmerupakan barier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman infeksius. Rusaknyakulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal masuk. Mikroba dapat masuk kedalam tubuh melalui rute atau jalan yang sama dengan portal keluar. Faktor-faktoryang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan patogen masuk kedalam tubuh.
f.         Daya Tahan Hospes (Manusia)
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius.Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu terhadap patogen.Meskipun seseorang secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlahyang besar, infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap kekuatan dan jumlah mikroorganisme tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap kuman yaitu usia, keturunan, stress (fisik dan emosional), statusnutrisi, terapi medis, pemberian obat dan penyakit penyerta.

B.     Macam-macam infeksi
1.         Infeksi pada saluran kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah  infeksi  bakteri yang mengenai bagian dari saluran kemih.Ketika mengenai saluran kemih bawah dinamai sistitis (infeksi kandung kemih) sederhana, dan ketika mengenai saluran kemih atas dinamai pielonefritis (infeksi ginjal). Gejala dari saluran kemih bawah meliputi buang air kecil terasa sakit dan sering buang air kecil atau desakan untuk buang air kecil (atau keduanya), sementara gejala pielonefritis meliputi demam dan nyeri panggul di samping gejala ISK bawah. Pada orang lanjut usia dan anak kecil, gejalanya bisa jadi samar atau tidak spesifik. Kuman tersering penyebab kedua tipe tersebut adalah Escherichia coli, tetapi bakteri lain, virus, maupun jamur dapat menjadi penyebab meskipun jarang.
Infeksi saluran kemih lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki, dengan separuh perempuan mengalami setidaknya satu kali infeksi selama hidupnya.
2.         Infeksi pada saluran pernafasan
Infeksi saluran pernapasan adalah infeksi yang mengenai bagian manapun saluran pernapasan, mulai dari hidung, telinga tengah, faring, laring, bronchi, bronkhioli dan paru. Jenis penyakit yang termasuk dalam infeksi saluran pernapasan bagian atas antara lain :
a)        Batuk pilek
b)        Sakit telinga (otitis media)
c)        Radang tenggorokan (faringitis)
Sedangkan jenis penyakit yang termasuk infeksi saluran pernapasan bagian bawah antara lain :
a)         Bronchitis
b)         Bronkhiolitis
c)         Pneumonia
3.         Infeksi pada lambung
Pada umumnya radang lambung dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:
a.         Adanya stres dan tekanan emosional yang berlebihan pada seseorang.
b.        Adanya asam lambung dan pepsin yang berlebihan.
c.         Mukosa (selaput lendir) lambung tak tahan terhadap asam lambung dan pepsin yang berlebihan karena menurunnya kemampuan fungsi mukosa lambung tersebut.
d.        Waktu makan yang tak teratur, sering terlambat makan, atau sering makan berlebihan.
e.         Terlalu banyak makanan yang pedas, asam, minuman beralkohol, obat-obatan tertentu dengan dosis tinggi
4.         Infeksi ginjal
Infeksi ginjal biasanya terjadi ketika bakteri masuk ke saluran kencing dan mulai berkembang biak. Bakteri yang berasal dari infeksi di bagian tubuh lain juga bisa menyebar ke aliran darah dan masuk ke ginjal.
Kondisi seperti ini dapat terjadi jika bagian tubuh buatan mengalami infeksi. Bagian tubuh buatan, misalnya katup jantung buatan atau sendi buatan, yang digunakan untuk menggantikan bagian tubuh asli yang rusak.
Infeksi ginjal juga dapat muncul setelah operasi ginjal.


5.         Infeksi usus
Infeksi usus adalah suatu penyakit yang menyerang usus yang di sebabkan oleh bakteri cryptosporidium. Penyakit infeksi usus ini dapat menyerang baik usus kecil maupun usus besar, yang dapat menimbulkan efek seperti diare, mual, ataupun kram pada perut,nfeksi usus ini juga dapat menyebabkan kematian apabila tidak segera di atasi atau di tangani

C.     Faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi
1.         Infaction Agent (kuman penyakit).
a.             Sangat banyak jenisnya, dari bentuk yang paling sederhana yaitu virus sampai dengan bakteri yang bersifat kompleks & multicellular dibicarakan di mikrobiologi.
b.             Relatif sedikit yang dapat menginfeksi manusia.
c.             Virulensinya berbeda untuk masing-masing species hewan dan manusia. Ex. Cholera, AIDS, Sifilis, dll tidak virulen terhadap hewan.
d.            Merupakan Komponen penting dalam rantai penularan penyakit.
2.         Sifat-sifat Intrinstik dari Kuman Penyakit.
a.             Ditentukan oleh kuman sendiri dan tidak bergantung pada interaksi dengan tuan rumah (host)
b.             Sifat tersebut antara lain:
1)             Bentuk : Spiral, batang, coccus.
2)             Besar.
3)             Sifat-sifat Kimia : Basopilik : Asinopilik.
3.         Interaksi antara Host dan Agent
Termasuk didalamnya antara lain:
a.             Infectivity
b.             Virulensi
c.             Pathogenecity
d.            Immunogenecity
D.    Proses terjadinya infeksi
Mikroba patogen agar dapat menimbulkan penyakit infeksi harus bertemu dengan pejamu yang rentan, melalui dan menyelesaikan tahap-tahap sebagai berikut :
1.         Tahap I
Mikroba patogen bergerak menuju tempat yang menguntungkan (pejamu/penderita) melalui mekanisme penyebaran (mode of transmission). Semua mekanisme penyebaran mikroba patogen tersebut dapat terjadi di rumah sakit, dengan ilustrasi sebagai berikut :
                                             a.            Penularan langsung
Melalui droplet nuclei yang berasal dari petugas, keluarga/pengunjung, dan penderita lainnya. Kemungkinan lain melalui darah saat transfusi darah.
                                            b.            Penularan tidak langsung
Seperti yang telah diuraikan, penularan tidak langsung dapat terjadi sebagai berikut :
1)        Vehicle-borne, yaitu penyebaran/penularan mikroba patogen melalui benda-benda mati (fotnite) seperti peralatan medis (instrument), bahan-bahan/material medis, atau peralatan makan/minum untuk penderita.
Perhatikan pada berbagai tindakan invasif seperti pemasangan kateter, vena punctie, tindakan pembedahan (bedah minor, pembedahan di kamar bedah), proses dan tindakan medis obstetri/ginekologi, dan lain-lain.
2)        Vector-borne, yaitu penyebaran/penularan mikroba patogen dengan perantara vektor seperti lalat. Luka terbuka (open wound), jaringan nekrotis, luka bakar, dan gangren adalah kasus-kasus yang rentan dihinggapi lalat.
3)        Food-borne, yaitu penyebaran/penularan mikroba patogen melalui makanan dan minuman yang disajikan untuk penderita. Mikroba patogen dapat ikut menyertainya sehingga menimbulkan gejala dan keluhan gastrointestinal, baik ringan maupun berat.
4)        Water-borne, kemungkinan terjadinya penularan/penyebaran penyakit infeksi melalui air kecil sekali, mengingat tersedianya air bersih di rumah sakit sudah melalui uji baku mutu.
5)        Air-borne, peluang terjadinya infeksi silang melalui media perantara ini cukup tinggi karena ruangan/bangsal yang relatif tertutup, secara teknis kurang baik ventilasi dan pencahayaannya. Kondisi ini dapat menjadi lebih buruk dengan jumlah penderita yang cukup banyak.
Dari semua kemungkinan penyebaran/penularan penyakit infeksi yang telah diuraikan di atas, maka penyebab kasus infeksi nosokomial yang sering dilaporkan adalah tindakan invasif melalui penggunaan berbagai instrumen medis (vehicle-borne).
2.         Tahap II
Upaya berikutnya dari mikroba patogen adalah melakukan invasi ke jaringan/organ pejamu (penderita) dengan cara mencari akses masuk untuk masing-masing penyakit (port d’entree) seperti adanya kerusakan/lesi kulit atau mukosa dari rongga hidung, rongga mulut, orificium urethrae, dan lain-lain.
a.         Mikroba patogen masuk ke jaringan/organ melalui lesi kulit. Hal ini dapat terjadi sewaktu melakukan insisi bedah atau jarum suntik. Mikroba patogen yang dimaksud antara lain virus Hepatitis B (VHB).
b.        Mikroba patogen masuk melalui kerusakan/lesi mukosa saluran urogenital karena tindakan invasif, seperti:
1)      tindakan kateterisasi, sistoskopi;
2)      pemeriksaan dan tindakan ginekologi (curretage)
3)      pertolongan persalinan per-vagina patologis, baik dengan bantuan instrumen medis, maupun tanpa bantuan instrumen medis.
c.         Dengan cara inhalasi, mikroba patogen masuk melalui rongga hidung menuju saluran napas. Partikel in feksiosa yang menular berada di udara dalam bentuk aerosol. Penularan langsung dapat terjadi melalui percikan ludah (droplet nuclei) apabila terdapat individu yang mengalami infeksi saluran napas melakukan ekshalasi paksa seperti batuk atau bersin. Dari penularan tidak langsung juga dapat terjadi apabila udara dalam ruangan terkontaminasi. Lama kontak terpapar (time of exposure) antara sumber penularan dan penderita akan meningkatkan risiko penularan. Contoh: virus Influenza dan Al. tuberculosis.
d.        Dengan cara ingesti, yaitu melalui mulut masuk ke dalam saluran cerna. Terjadi pada saat makan dan minum dengan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Contoh: Salmonella, Shigella, Vibrio, dan sebagainya.
3.      Tahap III
Setelah memperoleh akses masuk, mikroba patogen segera melakukan invasi dan mencari jaringan yang sesuai (cocok). Selanjutnya melakukan multiplikasi/berkembang biak disertai dengan tindakan destruktif terhadap jaringan, walaupun ada upaya perlawanan dad pejamu. Sehingga terjadilah reaksi infeksi yang mengakibatkan perubahan morfologis dan gangguan fisiologis/ fungsi jaringan.
Reaksi infeksi yang terjadi pada pejamu disebabkan oleh adanya sifat-sifat spesifik mikroba patogen.
a.         Infeksivitas
Kemampuan mikroba patogen untuk berinvasi yang merupakan langkah awal melakukan serangan ke pejamu melalui akses masuk yang tepat dan selanjutnya mencari jaringan yang cocok untuk melakukan multiplikasi.
b.         Virulensi
Langkah mikroba patogen berikutnya adalah melakukan tindakan destruktif terhadap jaringan dengan menggunakan enzim perusaknya. Besar-kecilnya kerusakan jaringan atau cepat lambatnya kerusakan jaringan ditentukan oleh potensi virulensi mikroba patogen.
c.         Antigenitas
Selain memiliki kemampuan destruktif, mikroba patogen juga memiliki kemampuan merangsang timbulnya mekanisme pertahanan tubuh pejamu melalui terbentuknya antibodi. Terbentuknya antibodi ini akan sangat berpengaruh terhadap reaksi infeksi selanjutnya.
d.        Toksigenitas
Selain memiliki kemampuan destruktif melalui enzim perusaknya, beberapa jenis mikroba patogen dapat menghasilkan toksin yang sangat berpengaruh terhadap perjalanan penyakit.
e.         Patogenitas
Sifat-sifat infeksivitas, virulensi, serta toksigenitas mikroba patogen pada satu sisi, dan sifat antigenitas mikroba patogen pada sisi yang lain, menghasilkan gabungan sifat yang disebut patogenitas. Jadi sifat patogenitas mikroba patogen dapat dinilai sebagai “deralat keganasan” mikroba patogen atau respons pejamu terhadap masuknya kuman ke tubuh pejamu.
Reaksi infeksi adalah proses yang terjadi pada pejamu sebagai akibat dari mikroba patogen mengimplementasikan ciri-ciri kehidupannya terhadap pejamu. Kerusakan jaringan maupun gangguan fungsi jaringan akan menimbulkan manifestasi klinis, yaitu manifestasi klinis yang bersifat sistemik dan manifestasi klinis yang bersifat khusus (organik).
Manifestasi klinis sistemik berupa gejala (symptom) seperti domain, merasa lemah dan terasa tidak enak (malaise), nafsu makan menurun, mual, pusing, dan sebagainya. Sedangkan manifestasi klinis khusus akan memberikan gambaran klinik sesuai dengan organ yang terserang. Contoh:
1)        Bila organ paru terserang, maka akan muncul gambaran klinik seperti batuk,sesak napas,nyeri dada, gclisah, dan sebagainya.
2)        Bila organ alat pencernaan makanan terserang, maka akan muncul gambaran klinik seperti mual, muntah, kembung, kejang perut, dan sebagainya.
Mikroba patogen yang telah bersarang pada jaringan/organ yang sakit akan terus berkembang biak, sehingga kerusakan dan gangguan fungsi organ semakin meluas. Demikian seterusnya, di mana pada suatu kesempatan, mikroba patogen ketuar dari tubuh pejamu (penderita) dan mencari pejamu baru dengan cara menumpang produk proses metabolisme tubuh atau produk proses penyakit dari pejamu yang sakit.


BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Infeksi adalah masuk dan berkembangnya agen infeksi ke dalam tubuh seseorang atau hewan. Pada infeksi yang “manifes”, orang yang terinfeksi tampak sakit secara lahiriah. Pada infeksi yang “non-manifes”, tidak ada gejala atau tanda lahiriah. Jadi, infeksi jangan dirancukan dengan penyakit.
Istilah “infeksi” juga hanya mengacu pada organisme patogen, tidak pada semua jenis organisme. Sebagai contoh, pertumbuhan normal flora bakteri yang biasa hadir di dalam saluran usus tidak dianggap sebagai infeksi. Hal yang sama berlaku untuk bakteri yang biasanya menghuni mulut. Agen infeksi yang kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada karakteristik mikroorganisme, resistensi terhadap zat-zat antibiotika, tingkat virulensi, dan banyaknya materi infeksius. Respon dan toleransi tubuh pasien dipengaruhi oleh Umur, status imunitas penderita, penyakit yang diderita, obesitas dan malnutrisi, orang yang menggunakan obat-obatan immunosupresan dan steroid, intervensi yang dilakukan pada tubuh untuk melakukan diagnosa dan terapi.

B.  Saran
Setelah mempelajari tentang infeksi ini kiranya kita dapat memanfaatkan semaksimal mungkin meteri ini sehingga kita dapat mengerti dan memahami tentang infeksi Penulis sadar dan mengakuinya, masih banyak kesalahan dan kekurangan yang harus ditutupi. Oleh karena itu penulis dengan lapang dada menerima kritik dan saran dari para pembaca guna dan tujuan untuk memperbaiki dan melengkapi apa yang kurang dalam makalah kami ini.


DAFTAR PUSTAKA

Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI, Jakarta; 2001
Schaffer, et al (2000) Pencegahan Infeksi & Praktik yang Aman, Jakarta: EGC.
Sjamsuhidayat & De Jong (2004) Buku ajar Ilmu Bedah, EGC: Jakarta.

No comments:

Post a Comment